Jumat, 04 Maret 2011

Pertanian Organik sebagai Tren Pertanian Masakini


Dizaman serba modern ini ternyata masih banyak dijumpai penyakit Marasmus (busung lapar). Penderiita penyakit ini disebabkan oleh kekurangan gizi. Penyakit Marasmus kebanyakan berjangkit di daerah yang kekurangan makanan. Namun dewasa ini manusia yang menu makanan hariannya lengkappun terkena penyakit Marasmus. Setelah diselidiki, penyebab penyakit Marasmus tersebut adalah berkurangnya kandungan gizi makanan yang disebabkan oleh pengolahan makan yang berlebihan, penyimpanan makanan, dan lain sebagainya. Selain hal ituPenggunaan sarana produksi pertanian yang tak terbarukan (not renewable) seperti pupuk buatan dan pestisida secara terus menerus pada sistem pertanian konvensional dan dengan takaran yang berlebihan, menyebabkan antara lain:
a.    Pencemaran air tanah dan air permukaan oleh bahan kimia pertanian
b.    Membahayakan kesehatan manusia dan hewan
c.    Menurunkan keanekaragaman hayati
d.    Meningkatkan resistensi organisme pengganggu
e.    Menurunkan produktivitas lahan karena erosi dan pemadatan tanah.
Kesadaran tentang terjadinya berbagai dampak negatif tersebut meninbulkan reaksi di berbagai tempat dan kelompok masyarakat, antara lain dengan dikembangkannya berbagai sistem pertanian yang berorientasi “kembali ke alam”. Salah satu sistem tersebut adalah yang disebut Pertanian Organik (Organic Farming).

Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Dalam prakteknya, pertanian organik dilakukan dengan cara, antara lain:
a.    Menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa genetika (GMO = genetically modified organisms).
b.    Menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis. Pengendalian gulma, hama dan penyakit dilakukan dengan cara mekanis, biologis, dan rotasi tanaman.
c.    Menghindari penggunaan zat pengatur tumbuh (growth regulator) dan pupuk kimia sintetis. Kesuburan dan produktivitas tanah ditingkatkan dan dipelihara dengan menambahkan residu tanaman, pupuk kandang, dan batuan mineral alami, serta penanaman legum dan rotasi tanaman.
d.    Menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan aditif sintetis dalam makanan ternak.
Indonesia telah memiliki standar yang mengatur tentang pangan organik yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-6729-2002 tentang Sistem Pangan Organik. Melihat fenomena yang sangat memprihatinkan tersebut. Sangat perlu kesadaran masing-masing individu untuk memenuhi kebutuhan gizinya.(Oleh : Puspa Karisma Dewi/ X1) 

Biofuel untuk kelanjutan hidup manusia


Kegiatan manusia dalam kehidupan modern telah mengganggu komposisi udara yang menyebabkan masalah-masalah lingkungan yang cukup serius, seperti hujan asam dan pemanasan global. Karbon dioksida (CO2) merupakan suatu gas rumah kaca, yang jumlahnya di udara telah meningkat sekitar 30% akibat dari kegiatan manusia sejak awal revolusi industri. Salah satu usaha memperkecil masalah tersebut adalah dengan penggunaan biofuel etanol sebagai pengganti bahan bakar fosil. Bioetanol dapat mengurangi emisi gas karbon dioksida, dan proses fotosintesis pada produksi biomassa akan menyerap gas karbondioksida yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil.

Tidak dapat di pungkiri bahwa Indonesia adalah negara pengimport beras terbesar di dunia yaitu 14% dari padi yang diperdagangkan di dunia. Ironisnya, sering didapati nasi basi terbuang sia-sia. Jadi sangat disayangkan bila nasi yang telah basi tersebut di buang tanpa pemanfaatan. Adapun pemanfaatan dari nasi sisa yang telah basi hanya sebatas dikeringkan sebagai makanan ternak dan camilan manusia.

Padahal, nasi basi dapat diolah menjadi etanol karena kandungan karbohidratnya yang tinggi. Namun dalam nasi basi masih mengandung pati yang belum terpecah, oleh karena itu perlu dilakukan proses sakarifikasi oleh Cendawan Asperghillus. Kemudian, setelah pati terpecah, maka dilakukan proses fermentasi yang dibantu oleh ragi Saccharomyces. Untuk memisahkan etanol dari bahan-bahan yang lain, maka membutuhkan proses destilasi.

Pemanfaatan nasi basi sebagai bioetanol lebih efisien bila dibandingkan dengan pembuatan bioetanol dari jagung, biji durian, ketela pohon, dan jerami padi. Karena kandungan karbohidrat pada nasi basi lebih tinggi daripada jagung, biji durian, ketela pohon, dan jerami padi. (Oleh : Yoesep Budianto/X9)