Rabu, 18 November 2009

Alfred Wegener & Teori Continental Drift



Tiga abad sebelum ALFRED LOTHAR WEGENER (1880-1930) membuktikan bahwa kemiripan garis pantai sebelah timur benua Amerika Selatan dengan pantai sebelah barat benua Afrika terjadi karena kedua benua itu pernah “bersatu”, ABRAHAM ORTELIUS pembuat peta asal Belanda telah mengamati fenomena yang sama dan berpendapat bahwa Amerika dipisahkan dari Eropa dan Afrika oleh gempa bumi dan air bah (1596). Kemudian pada tahun 1858, seorang geografer bernama ANTONIO SNIDER-PELLEGRINI membuat 2 kartun model yang menunjukkan posisi dan bentuk benua Amerika Selatan dan Afrika sebelum dan sesudah terpisah. Modelnya aneh, terutama bentuk bagian selatan Argentina/Chile. Dikartun model versi Snider-Pellegrini ini, bagian Patagonia digambarkan tertekuk melengkung dari arah barat ke selatan kemudian ke timur dan berbalik ke utara, melingkari bagian selatan Afrika dan ujung Patagonia dibuat hampir menyentuh Madagaskar. Entah Snider-Pellegrini serius atau tidak saat mengerjakan kartunnya, imajinasinya secara tidak langsung juga telah menunjukkan bahwa Amerika Selatan dan Afrika dulu pernah berdampingan. 






Tapi imajinasi kedua orang yang baru diceritakan di atas tak pernah dilontarkan menjadi sebuah teori ilmiah sampai sekitar tahun 1910an. Pada musim gugur tahun 1911, saat sedang menghabiskan waktu di perpustakaan Universitas Marburg (Jerman), Wegener menemukan makalah
palaeontologi tentang kesamaan jenis fosil-fosil tumbuhan dan hewan di Amerika Selatan dan Afrika, padahal, kedua benua itu dipisahkan oleh Samudera Atlantik yang luas. Rasa penasaran Alfred Wegener membuatnya mencari lebih banyak informasi mengenai kesamaan-kesamaan fosil di dua
tempat terpisah tersebut, hingga akhirnya ia berpikir, “Mungkinkah kesamaan fosil-fosil di kedua sisi Atlantik terjadi karena dulu benua Afrika dan Amerika adalah satu kontinen?”Menurut para ahli geologi saat itu, model evolusi pembentukan Samudera Atlantik cuma sederhana saja. Gundu bulat disangka baut, dahulu darat sekarang laut. Penyebabnya? “Cuma” karena “jembatan penghubung” kedua daratan itu kolaps kemudian sekarang menjadi dasar laut. Sadar akan model sederhana ini telah diterima sebagai sebuah kebenaran, Wegener berusaha mencari bukti-bukti geologi lebih banyak untuk mendukung teori yang hendak ia lemparkan ke forum ilmiah. Ia pun menemukan bahwa
Pegunungan Appalachian di bagian timur Amerika Utara tersambung dengan dataran tinggi Skotlandia (Highlands) dan perlapisan batuan Karroo System di Afrika Selatan identik dengan perlapisan batuan Santa Catarina System di Brazil. Wegener kemudian menulis sebuah buku yang berjudul “The Origin of Continents & Oceans” (judul asli dalam bahasa Jerman) pada tahun 1915, di mana teori  continental Drift dipublikasikan. 

Wegener, yang sebenarnya adalah seorang astronomer (Ph.D Universitas Berlin, 1904) dan bekerja sebagai meteorologist, tapi memiliki hobi di bidang ilmu kebumian, segera menjadi sasaran cemoohan ahli-ahli geofisika dan geologi kala itu. Ahli ilmu kebumian memang manusia yang aneh. Mereka cenderung sulit menerima sebuah teori baru, maupun sekedar sebuah pendapat lain atas keyakinan mereka sendiri, hanya karena mereka tidak tahu atau tidak paham tentang apa yang orang lain bicarakan. Ketika sudah merasa menjadi seorang ahli, mereka berpikir sudah tahu tentang segala hal, apalagi jika apa yang mereka bela adalah “kebenaran umum” yang berlaku. Padahal, jalan pikiran mereka hanya berdasar atas konsep-konsep ilmu kebumian, data-data dan teknik pengambilan data yang “ada” pada saat itu juga, bukan data dan alat baru yang ditemukan/ diciptakan di masa depan. Sikap emosional seorang ahli geologi bernama DR. ROLLIN T. CHAMBERLIN dari Universitas Chicago membuatnya menulis sebuah makalah berjudul  “Some of the objections to Wegener’s theory” (192 8)dan memulai tulisannya dengan pertanyaan, “Bisakah kita menyebut geologi sebagai sebuah ilmu jika ada perbedaan pendapat yang begitu hebat untuk hal-hal dasar hingga teori semacam ini terus berkeliaran?”. Dr. Chamberlin berpendapat bahwa hipotesis Wegener sama sekali tak berdasar dan fakta-fakta yang Wegener paparkan hanyalah fakta yang aneh dan buruk, seperti sebuah permainan tanpa peraturan. Masalah terbesar di teori Wegener yang membuat para ahli menolaknya adalah mekanisme perpindahan kontinen yang menurut Wegener terjadi karena daratan bergeser dengan dasar laut sebagai bidang bergeserannya. “Gaya sebesar apa yang bisa menarik daratan hingga terpisah begitu jauh di atas dasar laut sebagai bidang geser tanpa mematahkan dasar lautnya?” demikian tanya HAROLD JEFFREYS, ahli geofisika Inggris. Ekspedisi-ekspedisi geologi dilakukan oleh Wegener pada tahun 1920, 1922 dan 1929 untuk mencari lebih banyak fakta guna mendukung teorinya. Dalam ekspedisi terakhir, Wegener tewas setelah berhasil mengantarkan suplai makanan kepada koleganya yang sedang melakukan penelitian di tengah belantara es Greenland, hanya beberapa hari setelah ulang tahunya yang ke-50. Kelak, seperti yang telah kita ketahui, berawal dari eksplorasi permukaan laut dan kerak bumi, teori Continental Drift Wegener menjadi embrio bagi teori Tektonik Lempeng, di mana kerak bumi baik kontinen maupun kerak samudera ternyata bergerak di atas asthenosfer jadi bukan di atas dasar laut seperti hipotesis Wegener.Pangaea Kontribusi Wegener bagi kelahiran teori Tektonik Lempeng di tahun 1960-an tentu tidak bisa diabaikan. Di buku “The origin of continents and oceans” edisi tahun 1920 (ada juga yang menyebutkan nama Pangaea sudah diperkenalkan sejak edisi 1915), Wegener berpendapat bahwa semua benua yang ada sekarang sebenarnya pernah bersatu sekitar 225 juta tahun yang lalu (Ma), yaitu pada Periode Trias Akhir (sudah masuk Era Mesozoik). Daratan maha luas ini ia beri nama Pangaea, sebuah kata dalam bahasa Yunani yang berarti “semua daratan”. Rekonstruksi lempeng tektonik modern dengan menggunakan data palaeo-magnetik memperlihatkan Pangaea sudah menjadi daratan berbentuk seperti huruf “C” pada sekitar 255 Ma (Permian Akhir). Pusat superkontinen Permian ini adalah Afrika, sedangkan di sebelah barat ada adalah Amerika Selatan, di baratlaut ada Amerika Utara, di utara dan timur laut ada Eropa, Asia dan Cina Utara, sedangkan di tenggara dan selatan ada India, Antartika dan Australia. Di sebelah timur? Ada lautan bernama Tethys, dan terakhir di sebelah timurnya Tethys, ada Cina Selatan. Sedangkan laut mahaluas yang mengelilingi Pangaea dinamakan Panthalassa. Pusat superkontinen Pangaea ditengarai berada di sekitar garis ekuator, kira-kira seperti posisi Indonesia sekarang (tentu saja secara garis lintang). Apa bukti keberadaan Pangaea selain rangkaian-rangkaian pegunungan yang identik seperti Appalachian-Scottish Highlands dan Karroo-Santa Catarina Systems seperti yang dikemukakan pertama kali oleh Wegener (1915)? Jawabannya adalah fosil-fosil genus Lystrosaurus dan genus Mesosaurus dan flora genus Glossopteris. Lystrosaurus adalah sejenis reptil pemakan tetumbuhan yang konon sebesar babi, dengan ekor lancip pendek, kaki pendek, daun telinga kecil dan kepala seperti harimau yang hidup pada Periode Permian-Trias. Entah palaeontologist mana yang berhasil merealisasikan imajinasi rupa Lystrosaurus ini, konon ia pernah hidup di Antartika, India, Afrika Selatan dan Cina.Mesosaurus adalah sejenis reptil amfibi yang hidup di air tawar. Bentuknya kira-kira seperti cecak, tapi kepalanya seperti buaya, badannya fleksibel dan konon ekornya dapat digunakan sebagai semacam sirip untuk berenang. Tidak jelas berapa ukurannya dan hidup pada berapa juta tahun yang lalu. Fosil ini ditemukan di Brasil dan Afrika bagian barat. Superkontinen Pangaea lalu mulai terpecah pada Periode Trias Akhir-Juras (Vaughan & Storey 2007), menghasilkan dua superkontinen yang lebih kecil yaitu Laurasia dan Gondwana. Laurasia yang bergerak ke arah utara. Intra-continental rifting kemudian diikuti sedimentasi endapan darat lalu diisi oleh air laut, menjadi Laut Atlantik bagian utara. Rift basins yang terbentuk saat Pangaea pecah masih bisa dilihat di bagian Central Atlantic Margin, baik sebelah Amerika Utara maupun Moroko (Olsen, 1997). Kali ini cukup sekian dulu. Banyak sekali referensi yang bisa dibaca mengenai Pangaea, terutama tentang bukti-bukti yang lebih detil.Artikel ini masih umum sekali, baru memuat sedikit sejarah, deskripsi bentuk, bukti umum dan kapan Pangaea pecah. Minggu depan saya coba kumpulkan referensi lebih banyak untuk bercerita lebih panjang tentang Pangaea.

Selasa, 15 September 2009

Metode Penelitian Geografi

Berdasarkan prinsip geografi, jelaslah bahwa pengetahuan geografi diperoleh melalui penelitian. Untuk melakukan penelitian diperlukan metode. Metode penelitian geografi berguna untuk mempelajari karakteristik Bumi dan kegiatan manusia. Beberapa bentuk metode penelitian geografi sebagai berikut.

1. Studi Lapangan
Pengamatan secara langsung di lapangan berguna untuk mengetahui dan memahami permukaan Bumi serta kegiatan manusia. Metode ini dilakukan dengan terjun langsung mengamati objek di lapangan. Dengan melakukan studi lapangan akan diketahui karakteristik khusus permukaan
Bumi. Gambar 2.3 menunjukkan contoh studi lapangan, yaitu pengamatan kenaikan permukaan air sungai di titik keluar (outlet) daerah tangkapan hujan.

2. Pemetaan
Metode ini dilakukan dengan menyeleksi berbagai informasi di daerah yang akan dipetakan. Seleksi menghasilkan informasi objek terpilih yang diperlukan saja sehingga dapat menggambarkan tempat, pola, dan karakteristik unsur geografi dalam peta.

3. Wawancara (Interview)
Metode ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada responden tentang hal-hal yang perlu diketahui. Responden diharapkan menjawab dengan jelas atas semua pertanyaan. Metode ini dipilih bila hal-hal yang ingin diketahui tidak dapat diperoleh dengan metode pengamatan. Contoh: alasan penduduk tetap tinggal dalam wilayah rawan bencana banjir.

4. Kuantitatif
Metode kuantitatif merupakan metode penelitian geografi yang menggunakan perhitungan matematika dan statistika. Pengujian hasil penelitian yang berupa angkaangka dilakukan dengan bantuan komputer. Dengan metode ini, peneliti dapat menyederhanakan informasi yang rumit
dan hasil penelitian disajikan dalam bentuk yang sederhana.

5. Penggunaan Sarana Ilmiah
Metode penggunaan sarana ilmiah dalam penelitian geografi, misalnya penginderaan jauh. Penginderaan jauh dapat membantu untuk mengidentifikasi dan mempelajari permukaan Bumi yang sulit dijangkau dengan studi lapangan. Contoh penggunaan sarana ilmiah yang berupa
teknologi penginderaan jauh ditunjukkan pada gambar 2.4. Belajar geografi tidaklah sulit. Agar mudah belajar geografi, kamu hanya memerlukan kerangka kerja dan mengenali aspek dalam geografi. Kerangka kerja geografi
dapat berupa suatu model pendekatan terhadap suatu fenomena.



A. Jawablah pertanyaan dengan tepat!

1.Menurutmu pendekatan apa yang sesuai untuk membantu menganalisis masalah peningkatan laju urbanisasi? Jelaskan pendapatmu!

2.Pendekatan apakah yang sesuai digunakan untuk menganalisis pembukaan lokasi transmigrasi baru? Jelaskan pendapatmu!

3.Jelaskan alasan mengapa geografi menganut prinsip penyebaran!

4.Apakah dasar yang digunakan oleh geografi dalam menganut prinsip deskripsi?

5.Suatu penelitian di dalam geografi dapat dilakukan dengan memilih metode yang tepat atau memadukan beberapa metode. Menurutmu, metode apakah yang bisa digunakan untuk meneliti dampak pengadaan jalur bus way (trans Jakarta) pada masyarakat Jakarta?


B. Artikel
51 Hektare Hutan di Polewali Mandar Terbakar
Dalam tempo kurang lebih satu bulan, sedikitnya 51 hektare kawasan hutan di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, terbakar. Sebanyak 5 titik kobaran api yang melanda Kecamatan Anreapi, Alu, dan Mapili. Di Kecamatan Mapili, kebakaran menimpa areal bekas hutan rakyat di Dusun Lelo, Desa Beroangin, dan menghanguskan sedikitnya 19 hektare lahan. Kebakaran juga terjadi di Dusun Salurihan, Kecamatan Alu yang menghanguskan 10 Hektar hutan bekas Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Polewali Mandar, Andi Ismail, mengatakan faktor utama penyebab kebakaran akibat ulah petani yang membuka lahan dengan cara membakar. ”Musim kemarau memang rawan kebakaran, apalagi banyak petani yang membuka lahan pertanian dengan caranya sendiri,” katanya. Dinas Kehutanan dan Perkebunan mengaku tidak bisa berbuat banyak. ”Kami cukup kesulitan mengawasi puluhan ribu hektare hutan, sementara jumlah personel kehutanan tidak sebanding,” ujarnya.

Berdasarkan artikel di atas, lakukanlah analisis dengan menggunakan pertanyaan 5W 1H!


C. Tugas.
Kegiatan kali ini akan membantumu mampu menjelaskan prinsip geografi, tidak hanya secara teori tetapi juga bagaimana penerapannya di lapangan. Sebagai petunjuknya, ikuti langkah-langkah berikut.

Mengkaji dampak Sosial Meluapnya Lumpur Lapindo
1. Tujuan: Menerapkan prinsip geografi untuk mengkaji dampak sosial meluapnya lumpur Lapindo.

2. Alat dan Bahan:
a. Alat tulis.
b. Artikel dari berbagai media massa.

3. Langkah Kerja:
a. Kumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang luapan
lumpur Lapindo.
b. Setelah informasi terkumpul, lakukan analisis dengan menggunakan keempat prinsip geografi, yaitu prinsip penyebaran, interelasi, deskripsi, dan korologi. Sehingga analisismu nanti bisa menjawab bagaimana penyebaran
fenomena ini serta bagaimana interelasi dengan masyarakat setempat. Tuangkan analisismu dalam bentuk deskripsi.

Kamis, 03 September 2009

Pendekatan Geografi

Sebagai suatu disiplin ilmu, geografi mempelajari suatu system alam yang terdiri atas bagian-bagian yang saling terkait. Aliran energi dalam suatu sistem menghasilkan perubahan. Perubahan yang berkesinambungan akan menghasilkan suatu bentuk keseimbangan sistem.
Suatu sistem mempunyai tiga bagian yang berbeda, yaitu bagian komponen, bagian input, dan bagian output. Salah satu contoh sistem sederhana yang banyak diketahui dan dikenal luas adalah sistem hi-fi. Suatu sistem hi-fi tersusun dari beberapa komponen seperti amplifier, speaker, radio, tape, dan pemutar ”Compact Disk” (CD). Ketika kita menghubungkan sistem hi-fi dengan aliran listrik dan menghidupkannya, energi listrik mengalir melalui system serta menghidupkan seluruh komponen. Aliran energi ini disebut dengan input, sedangkan outputnya adalah musik yang kita dengar.
Pada sistem yang berfungsi baik, seluruh komponen harus tersambung bersama. Planet Bumi yang mempunyai banyak komponen dapat dilihat sebagai sistem yang kompleks dan sangat besar. Di dalam sistem Bumi, input adalah energi yang datang dari Matahari dan juga energi yang berasal dari dalam Bumi, seperti tenaga tektonik. Output adalah perubahan konstan yang dapat dilihat di sekitar kita dalam lingkungan fisik dan manusia, seperti panas serta hujan.
Sistem Bumi memang suatu sistem yang kompleks, sehingga cara terbaik untuk mempelajarinya dengan memahami setiap komponen-komponennya dengan berbagai pendekatan dalam geografi. Inilah geografi dari sudut pendekatan sistem. Pendekatan ini terus mengalami perkembangan hingga masa geografi modern.
Dalam geografi modern yang dikenal dengan geografi terpadu (Integrated Geography) digunakan tiga pendekatan atau hampiran. Ketiga pendekatan tersebut, yaitu analisis keruangan, kelingkungan atau ekologi, dan kompleks wilayah.

1. Pendekatan Keruangan
Dari namanya dapat ditangkap bahwa pendekatan ini akan menekankan pada keruangan. Pendekatan ini mendasarkan pada perbedaan lokasi dari sifat-sifat pentingnya seperti perbedaan struktur, pola, dan proses. Struktur keruangan terkait dengan elemen pembentuk ruang yang berupa kenampakan titik, garis, dan area. Sedangkan pola keruangan berkaitan dengan lokasi distribusi ketiga elemen tersebut. Distribusi atau agihan elemen geografi ini akan membentuk pola seperti memanjang, radial, dan sebagainya. Nah, proses keruangan sendiri berkenaan dengan perubahan elemen pembentuk ruang. Ahli geografi berusaha mencari faktor-faktor yang menentukan pola penyebaran serta cara mengubah pola sehingga dicapai penyebaran yang lebih baik, efisien, dan wajar. Analisis suatu masalah menggunakan pendekatan ini dapat dilakukan dengan pertanyaan 5W 1H seperti berikut ini.

a. Pertanyaan What (apa), untuk mengetahui jenis fenomena alam yang terjadi.
b. Pertanyaan When (kapan), untuk mengetahui waktu terjadinya fenomena alam.
c. Pertanyaan Where (di mana), untuk mengetahui tempat fenomena alam berlangsung.
d. Pertanyaan Why (mengapa), untuk mengetahui penyebab terjadinya fenomena alam.
e. Pertanyaan Who (siapa), untuk mengetahui subjek atau pelaku yang menyebabkan terjadinya fenomena alam.
f. Pertanyaan How (bagaimana), untuk mengetahui proses terjadinya fenomena alam.

Salah satu contoh kasus fenomena atau gejala alam adalah gempa bumi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
dan Jawa Tengah, pada tanggal 27 Mei 2006. Gempa bumi merupakan suatu fenomena alam yang sangat merugikan
manusia. Analisis peristiwa gempa bumi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan berikut.

a. Apa fenomena alam yang terjadi?
Gempa bumi
b. Kapan terjadinya?
27 Mei 2006.
c. Di mana terjadi gempa bumi tersebut?
Sebagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
d. Mengapa terjadi peristiwa itu?
Peristiwa tersebut terjadi karena adanya pergerakan lempeng tektonik.
e. Siapa atau apa yang menyebabkannya?
Adanya tumbukan antara dua lempeng tektonik.
f. Bagaimana gempa bumi itu dapat terjadi?
Indonesia terletak di antara tiga lempeng tektonik yang terus bergerak. Ketiga lempeng tersebut adalah lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik. Lempeng tersebut terus bergerak. Apabila terjadi tumbukan lempeng mengakibatkan gempa bumi. Peristiwa gempa bumi di Yogyakarta terjadi karena tumbukan lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Tumbukan tersebut menyebabkan lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah lempeng Eurasia di zona subduksi.
Nah, dengan cara seperti ini kamu bisa menganalisis suatu gejala alam yang terjadi di sekitar wilayahmu. Bahkan bencana alam yang akhir-akhir ini mendera bangsa kita. Sebagai perbandingan, kamu akan diberikan satu contoh lagi mengenai penggunaan pendekatan ini dalam analisis masalah geografi yang lain, yaitu analisis terjadinya banjir di Jakarta. Untuk kesekian kali Jakarta banjir lagi. Yang paling akhir, bencana ini terjadi tanggal 1 Februari 2007. Banjir ini hampir merendam sebagian Jakarta. Tahap pertama penerapan pendekatan keruangan dilakukan dengan melihat struktur, pola, dan proses keruangan di wilayah-wilayah sekitar Jakarta, seperti Bogor, kawasan puncak, dan Cianjur. Pada tahap ini dapat diidentifikasi fenomena alam seperti kawasan hulu sungai. Setelah itu, pada tahap kedua ilakukan zonasi berdasarkan karakteristik kelerengannya, misalnya curam, agak landai, dan datar. Tahap ketiga ditinjau ketepatan pemanfaatan lahan di tiap-tiap zona. Studi aspek fisik ini perlu ditambahkan dengan karakteristik penduduk di wilayah tersebut, seperti mata pencahariannya, tingkat pendidikan, keterampilan yang dimiliki serta kebiasaannya. Melalui informasi ini dapat ditemukan keterkaitan antara kondisi alam dan manusia dengan terjadinya banjir. Pada akhirnya, dapat dirumuskan upaya penanggulangannya.

2. Pendekatan Kelingkungan atau Ekologi
Pendekatan ini tidak hanya mendasarkan pada interaksi organisme dengan lingkungan, tetapi juga dikaitkan dengan fenomena yang ada dan juga perilaku manusia. Karena pada dasarnya lingkungan geografi mempunyai dua sisi, yaitu perilaku dan fenomena lingkungan. Sisi perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan gagasan dan kesadaran lingkungan. Interelasi keduanya inilah yang menjadi cirri khas pendekatan ini. Menggunakan keenam pertanyaan geografi, analisis dengan pendekatan ini masih bisa dilakukan. Nah, perhatikan contoh analisis mengenai terjadinya banjir di Sinjai berikut dan kamu akan menemukan perbedaannya dengan pendekatan keruangan. Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan tindakan sebagai berikut.
a. Identifikasi kondisi fisik yang mendorong terjadinya bencana ini, seperti jenis tanah, topografi, dan vegetasi di lokasi itu.
b. Identifikasi sikap dan perilaku masyarakat dalam mengelola alam di lokasi tersebut.
c. Identifikasi budi daya yang ada kaitannya dengan alih fungsi lahan.
d. Menganalisis hubungan antara budi daya dan dampak yang ditimbulkannya hingga menyebabkan banjir.
e. Menggunakan hasil analisis ini mencoba menemukan alternative pemecahan masalah ini.

3. Analisis Kompleks Wilayah
Analisis ini mendasarkan pada kombinasi antara analisis keruangan dan analisis ekologi. Analisis ini menekankan pengertian
”areal differentiation” yaitu adanya perbedaan karakteristik tiap-tiap wilayah. Perbedaan ini mendorong suatu wilayah dapat berinteraksi dengan wilayah lain. Perkembangan wilayah yang saling berinteraksi terjadi karena terdapat permintaan dan penawaran. Contoh analisis kompleks wilayah diterapkan dalam perancangan kawasan permukiman. Langkah awal, dilakukan identifikasi wilayah potensial di luar Jawa yang memenuhi persyaratan minimum, seperti kesuburan tanah dan tingkat kemiringan lereng. Langkah kedua, identifikasi aksesibilitas wilayah. Dari hasil identifikasi ini dirumuskan rancangan untuk jangka panjang dan jangka pendek untuk pengembangan kawasan tersebut.


Setiap Minggu pada Hari Senin akan diberikan Materi dan tugas terstruktur.

1. Materi di downnload/mengcopy teman yang sudah mendownload, kemudian dijadikan referensi tambahan untuk belajar dan juga sebagai tambahan bahan ulangan.
2. Tugas dikerjakan dikertas HVS Folio 70 gr, dan ditulis tangan. setiap tugas yang telah dikerjakan disimpan diberi tanggal tugas dan tanggal mengerjakan. semua tugas nantinya akan dikumpulkan pada saat sebelum ulangan.
3. bagi yang tidak mengumpulkan Tugas, tidak mendapatkan hak dan kesempatan ulangan.

Tugas I.

Tanggal 2 September 2009

Fenomena Alam

Geosfer merupakan lingkup kajian geografi. Banyak fenomena atau gejala alam terjadi di geosfer ini. Carilah informasi aktual tentang fenomena-fenomena alam yang menimbulkan bencana lingkungan di negara kita seperti tsunami di Aceh, banjir bandang di Jember, longsor di Banjarnegara, gempa bumi di Yogyakarta, dan sebagainya, minimal sepuluh jenis. Informasi dapat berupa berita dari koran, majalah, atau melalui akses internet.
Lakukan analisis fenomena-fenomena tersebut dengan pedoman 5W 1H (What, When, Where, Why, Who, dan How). Selanjutnya, jawablah
pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
a. Apa fenomena alam terbaru yang terjadi dan paling merugikan?
b. Bencana lingkungan apa yang sering terjadi di Indonesia? Mengapa demikian?
c. Bagaimana peran manusia dalam bencana lingkungan tersebut, sebagai objek atau subjek? Jelaskan!
d. buatlah resumenya

Sabtu, 15 Agustus 2009

Email Dari Rasul

Malam sudah cukup larut, namun mata ini masih tak bisa terpejam. Semua tugas-tugas kantor yang kubawa pulang sudah selesai, tak lupa kusediakan setengah jam sebelum pukul 23.00 untuk membalas beberapa email yang baru sempat terbaca malam ini. Nyaris saja kupilih menu ‘shut down’ setelah sebelumnya menutup semua jendela di layar komputer, tiba-tiba muncul alert yahoo masuknya email baru. “You have 1 new message(s)...”. Seperti biasanya, aku selalu tersenyum setiap kali alert itu muncul, karena sudah bisa diduga, email itu datang dari orang-orang, sahabat, saudara, kerabat, intinya, aku selalu senang menunggu kabar melalui email dari mereka. Tapi yang ini ... Ooopss ... ini pasti main-main ... disitu tertulis “From: Muhammad Rasul Allah”



Walaupun sudah seringkali menerima junkmail atau beraneka spam, namun kali ini aku tidak menganggapnya sebagai email sampah atau orang sedang main-main denganku. Maklum, meski selama ini sering sekali teman-teman yang ‘ngerjain’, tapi kali ini, sekonyol-konyolnya teman-teman sudah pasti tidak ada yang berani mengatasnamakan Rasulullah Saw. Maka dengan hati-hati, kuraih mouse-ku dan ... klik ...
“Salam sejahtera saudaraku, bagaimana khabar imanmu hari ini ...
Kebaikan apa yang sudah kau perbuat hari ini, sebanyak apa perbuatan dosamu hari ini ...”


Aku tersentak ... degub didada semakin keras, sedetik kemudian, ritmenya terus meningkat cepat. Kuhela nafas dalam-dalam untuk melegakan rongga dada yang serasa ditohok teramat keras hingga menyesakkan. Tiga pertanyaan awal dari “Rasulullah” itu membuatku menahan nafas sementara otakku berputar mencari dan memilih kata untuk siap-siap me-reply email tersebut. Barisan kalimat “Rasulullah” belum selesai, tapi rasanya terlalu berat untuk melanjutkannya. Antara takut dan penasaran bergelut hingga akhirnya kuputuskan untuk membacanya lagi.

“Cinta seorang ummat kepada Rasulnya, harus tercermin dalam setiap perilakunya. Tidak memilih tempat, waktu dan keadaan. Karena aku, akan selalu mencintai ummatku, tak kenal lelah. Masihkah kau mencintaiku hari ini?”

Air menetes membasahi pipiku, semakin kuteruskan membaca kalimat-kalimatnya, semakin deras air yang keluar dari sudut mataku.

“Pengorbanan seorang ummat terhadap agamanya, jangan pernah berhenti sebelum Allah menghendaki untuk berhenti. Dan kau tahu, kehendak untuk berhenti memberikan pengorbanan itu, biasanya seiring dengan perintah yang diberikan-Nya kepada Izrail untuk menghentikan semua aktifitas manusia. Sampai detik ini, pernahkah kau berkorban untuk Allah?”.

Kusorot ketengah halaman ....
“Sebagai Ayah, aku contohkan kepada ummatku untuk menyayangi anak-anak mereka dengan penuh kasih. Kuajari juga bagaimana mencintai istri-istri tanpa sedikit melukai perasaannya, sehingga kudapati istri-istriku teramat mencintaiku atas nama Allah. Aku tidak pernah merasakan memiliki orangtua seperti kebanyakan ummatku, tapi kepada orang-orang yang lebih tua, aku sangat menghormati, kepada yang muda, aku mencintai mereka. Sudahkah hari ini kau mencium mesra dan membelai lembut anak-anakmu seperti yang kulakukan terhadap Fatimah? Masihkah panggilan sayang dan hangat menghiasi hari-harimu bersama istrimu? Sudahkah juga kau menjadi pemimpin yang baik untuk keluargamu, seperti aku mencontohkannya langsung terhadap keluargaku?.

Satu hentakkan pagedown lagi ...
“Aku telah memberi contoh bagaimana berkasih sayang kepada sesama mukmin, bersikap arif dan bijak namun tegas kepada manusia dari golongan lainnya, termasuk menghormati keberadaan makhluk lain dimuka bumi. Saudaraku ...”


Cukup sudah. Aku tak lagi sanggup meneruskan rentetan kalimatnya hingga habis. Masih tersisa panjang isi email dari Rasulullah, namun baru yang sedikit ini saja, aku merasa tidak kuat. Aku tidak sanggup meneruskan semuanya karena sepertinya Rasulullah sangat tahu semua kesalahan dan kekuranganku, dan jika kulanjutkan hingga habis, yang pasti semuanya tentang aku, tentang semua kesalahan dan dosa-dosaku.
Kuhela nafas panjang berkali-kali, tapi justru semain sesak. Tiba-tiba pandanganku menjadi gelap, entah apa yang terjadi. Sudah tibakah waktuku? Padahal aku belum sempat me-reply email Rasulullah itu untuk memberitahukan kepada beliau bahwa aku tidak akan menjawab semua emailku dengan kata-kata. Karena aku yakin, Rasul lebih senang aku memperbaiki semua kesalahanku hari ini dan hari-hari sebelumnya, dari pada harus bermanis-manis mengumbar kata memikat hati, yang biasanya tak berketerusan dengan amal yang nyata.
Pandanganku kini benar-benar gelap, pekat sampai tak ada lagi yang bisa terlihat. Hingga ... nit... nit... alarm jam tanganku berbunyi. 00.00 WIB. Ah, kulirik komputerku, kosong, kucari-cari email dari Rasulullah di inbox-ku. Tidak ada. Astaghfirullaah, mungkinkah Rasulullah manusia mulia itu mau mengirimi ummatnya yang belum benar-benar mencintainya ini sebuah email? Ternyata aku hanya bermimpi, mungkin mimpi yang berangkat dari kerinduanku akan bertemu Rasul Allah. Tapi aku merasa berdosa telah bermimpi seperti ini. Tinggal kini, kumohon ampunan kepada Allah atas kelancangan mimpiku. Wallahu ‘a’lam bishshowaab

Jumat, 07 Agustus 2009

Objek Studi Geografi

Objek studi geografi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal.

1. Objek Material
Objek material geografi adalah sasaran atau isi kajian geografi. Objek material yang umum dan luas adalah geosfer (lapisan bumi), yang meliputi:

a. Litosfer (lapisan keras), merupakan lapisan luar dari bumi kita. Lapisan ini disebut kerak bumi dalam ilmu geologi.
b. Atmosfer (lapisan udara), terutama adalah lapisan atmosfer bawah yang dikenal sebagai troposfer.
c. Hidrosfer (lapisan air), baik yang berupa lautan, danau, sungai dan air tanah.
d. Biosfer (lapisan tempat hidup), yang terdiri atas hewan, tumbuhan, dan manusia sebagai suatu komunitas bukan sebagai individu.
e. Pedosfer (lapisan tanah), merupakan lapisan batuan yang telah mengalami pelapukan, baik pelapukan fisik, organik, maupun kimia.


Jadi secara nyata objek material geografi meliputi gejala-gejala yang terdapat
dan terjadi di muka bumi, seperti aspek batuan, tanah, gempa bumi, cuaca,
iklim, gunung api, udara, air serta flora dan fauna yang terkait dengan kehidupan
manusia.


2. Objek Formal
Objek formal adalah sudut pandang dan cara berpikir terhadap suatu gejala
di muka bumi, baik yang sifatnya fisik maupun sosial yang dilihat dari sudut
pandang keruangan (spasial). Dalam geografi selalu ditanyakan mengenai dimana gejala itu terjadi, dan mengapa gejala itu terjadi di tempat tersebut. Di sini ilmu geografi diharapkan mampu menjawab berbagai pertanyaan sebagai berikut.

1) Apa (what), berkaitan dengan struktur, pola, fungsi dan proses gejala atau kejadiandi permukaan bumi.
2) Di mana (where), berkaitan dengan tempat atau letak suatu objek geografi di permukaan bumi.
3) Berapa (how much/many), berkaitan dengan hal-hal yang menyatakan ukuran (jarak, luas, isi, dan waktu) suatu objek geografi dalam bentuk angka-angka.
4) Mengapa (why), berkaitan dengan rangkaian waktu dan tempat, latar belakang, atau interaksi dan interdependensi suatu gejala, peristiwa, dan motivasi manusia.
5) Bagaimana (how), berkaitan dengan penjabaran suatu pola, fungsi, dan proses gejala dan peristiwa.
6) Kapan (when), berkaitan dengan waktu kejadian yang berlangsung, baik waktu yang lampau, sekarang, maupun yang akan datang.
7) Siapa (who), berkaitan dengan subjek atau pelaku dari suatu kejadian atau peristiwa.

Sebagai contoh suatu daerah yang mengalami kekeringan. Dalam memandang peristiwa ini pertanyaan yang harus dijawab seperti berikut.
1) Apa (what), yang terjadi?
Jawab: kekeringan.
2) Di mana (where) kekeringan itu terjadi?
Jawab: di Kabupaten Gunung Kidul.
3) Berapa (how much/many) banyak air yang masih bisa dimanfaatkan?
Jawab: bila dalam keadaan normal, debit sungai mencapai 1 l/S, namun saat kemarau panjang sama sekali tidak ada debit.
4) Mengapa (why) kekeringan itu bisa terjadi?
Jawab: karena pengaruh iklim dan faktor litologi penyusun di kawasan tersebut.
5) Bagaimana (how) kekeringan itu berlangsung?
Jawab: kekeringan melanda seluruh kawasan batu gamping di wilayah gunung kidul, hal ini ditandai dengan mengeringnya sumur-sumur penduduk, sungai, dan telaga atau sumber mata air yang ada.
6) Kapan (when) kekeringan itu terjadi?
Jawab: terutama pada musim kemarau tiba (April – Oktober).
7) Siapa (who) yang harus terlibat dalam mengatasi kekeringan tersebut?Jawab: seluruh lapisan masyarakat, pemerintah daerah, akademisi, dan pemerintah pusat

SIMPULAN:
Dalam objek formal ada tiga hal pokok dalam sudut pandang keruangan, yang terdiri atas:
a. pola dari sebaran gejala tertentu di muka bumi (spatial paterns),
b. keterkaitan atau hubungan sesama antargejala (spatial system), dan
c. perkembangan atau perubahan yang terjadi pada suatu gejala (spatial process).
Jadi, objek formal geografi adalah cara pandang atau cara berpikir terhadap objek material dari sudut pandang keruangan (spatial) yang meliputi pola, sistem, dan proses

Rabu, 05 Agustus 2009

DEFINISI GEOGRAFI




Istilah Geografi berasal dari bahasa Yunani geo yang artinya bumi dan graphien yang artinya pencitraan. Geografi adalah ilmu pengetahuan yang menggambarkan segala sesuatu yang ada di permukaan bumi. Beberapa definisi Geografi yang dikemukakan para ahli geografi, antara lain sebagai berikut.



1. Bintarto (1977)
Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifatsifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam, dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsurunsur bumi dalam ruang dan waktu. Di sini dijelaskan bahwa geografi tidak hanya mempelajari alam (bumi) beserta gejala-gejalanya, tetapi geografi juga mempelajari manusia beserta semua kebudayaan yang dihasilkannya.

2. Vernor E. Finch dan Glen Trewartha (1980)
Geografi adalah deskripsi dan penjelasan yang menganalisis permukaan bumi dan pandangannya tentang hal yang selalu berubah dan dinamis, tidak statis dan tetap. Dari pengertian di atas Vernor & Glen menitikberatkan pada aspek fisik yang ada di bumi yang selalu berubah dari masa ke masa.
Contoh:
a. Perubahan cuaca maupun iklim pada suatu tempat atau wilayah.
b. Perubahan kesuburan tanah akibat dari proses erosi dan pelapukan yang sangat tinggi.

3. Hartshorne (1960)
Geografi adalah ilmu yang berkepentingan untuk memberikan deskripsi yang teliti, beraturan, dan rasional tentang sifat variabel permukaan bumi. Dalam pandangan Hartshorne, geografi adalah suatu ilmu yang mampu menjelaskan tentang sifat-sifat variabel permukaan bumi secara teliti, beraturan, dan rasional.
Contoh, seorang ahli geografi setelah melakukan analisis kewilayahan mampu membagi suatu wilayah menjadi beberapa satuan lahan yang potensial maupun lahan yang tidak potensial. Pembagian ini didasarkan pada beberapa parameter kebumian yang sesuai dengan syarat-syarat peruntukannya.

4. Yeates (1963)
Geografi adalah ilmu yang memerhatikan perkembangan rasional dan lokasi dari berbagai sifat yang beraneka ragam di permukaan bumi. Dalam pandangan Yeates, geografi adalah ilmu yang berperanan dalam perkembangan suatu lokasi yang dipengaruhi oleh sifat-sifat yang ada di permukaan bumi dengan tidak mengesampingkan alasan-alasan yang rasional.

5. Alexander (1958)
Geografi adalah studi tentang pengaruh lingkungan alam pada aktivitas manusia. Dalam pandangan Alexander inilah mulai dibahas tentang hubungan timbal balik antara aktivitas manusia serta pengaruhnya terhadap lingkungan alam. Contoh, penebangan hutan yang tidak terkendali oleh manusia mengakibatkan terjadinya kerusakan lahan dan penggundulan hutan, yang dapat menyebabkan terjadinya bencana banjir dan tanah longsor.

6. Karl Ritther (1859)
Geografi adalah suatu telaah mengenai bumi sebagai tempat hidup manusia. Dalam kajiannya, studi geografi mencakup semua fenomena yang terdapat di permukaan bumi, baik alam organik maupun alam anorganik yang terkait dengan kehidupan manusia, termasuk aktivitasmanusia juga turut dibahas.
Contohnya,
sungai adalah bagian dari alam anorganik yang mempunyai kaitan langsung dengan kehidupan manusia.

7. Von Ricthoffen (1905)
Geografi adalah studi tentang gejala dan sifat-sifat permukaan bumi serta penduduknya yang disusun berdasarkan letaknya, dan mencoba menjelaskan hubungan timbal balik antara gejala-gejala dan sifat tersebut.

8. Paul Vidal de La Blace (1915)
Geografi adalah studi tentang kualitas negara-negara, di mana penentuan suatu kehidupan tergantung bagaimana manusia mengelola alam ini. Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada intinya ilmu geografi terpusat pada gejala geosfer dalam kaitan hubungan persebaran dan interaksi keruangan. Bila kita perhatikan, terdapat suatu kesan bahwa definisi geografi selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan tingkat keluasan ilmu geografi saat definisi itu dikemukakan. Namun, jika dicermati lebih jauh terdapat suatu kesamaan sudut pandang dari para ahli tersebut, mereka memandang permukaan bumi sebagai lingkungan yang memengaruhi kehidupan manusia, di mana manusia mempunyai pilihan untuk membangun atau merusaknya. Persamaan pandang yang lain adalah adanya suatu perhatian dari definisi geografi yang menelaah tentang persebaran manusia dalam ruang dan keterkaitan manusia dengan lingkungannya. Jelaslah di sini bahwa kajian ilmu geografi yang paling utama adalah menelaah bumi dalam konteks hubungannya dengan kehidupan manusia

Kamis, 23 Juli 2009

Profile of Inscada

SMAN 2 MOJOKERTO
Public Senior High School













The first R-SBI in Mojokerto
The Biggest Zone for the Smartest People

Sekolah berbasis lingkungan hidup (ADIWIYATA) dan dipilih oleh Direktorat Pembinaan SMA, Depdiknas untuk melaksanakan Program Rintisan Sekolah Bertaraf International (R-SBI) yang pertama di Mojokerto, dan telah memasuki tahun ke-4.

BAGAIMANA PEMBELAJARANNYA ?
Siswa di latih untuk menggali, mengolah, menulis dan mempresentasikan bahan belajar dengan bimbingan guru yang berkualitas
Metode pembelajaran yang variatif.
Siswa dilatih/dibimbing untuk menguasai Bahasa Inggris dan Teknologi komputer
Bahasa pengantar BILINGUAL (Indonesia-Inggris)

Untuk mendukung program tersebut dilaksanakan :
Bimbingan khusus untuk TOEFL
Bimbingan sukses UNAS
Bimbingan succses for Cambridge International Examination (Sertifikasi Internasional untuk MIPA dan Bhs. Inggris)

VISI
Unggul dalam IMTAQ, IPTEK dan budi pekerti serta berwawasan Internasional

MOTTO R-SBI
RELIGIUS, SMART, BRILLIANT, INTELECT

KURIKULUM
KTSP sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.
Kurikulum Adaptif Nasional – Internasional (Cambridge)
Perguruan Tinggi Negeri pendamping/ fasilitator ITS Surabaya, UNAIR, dan UNESA Surabaya

Sister School
SMAN 3 Malang, SMAN 4 Denpasar, Cambridge University

Program penjurusan
•Program IPA
•Program IPS
•Program Bahasa ( Bhs. Jepang )

EXTRA PROGRAM
Outbond, English Cordial Meeting, English Camp, English Gathering & Competition, Field Study, Comparative Study, Visiting Program

SCORE (Student English Corner) – Debate, Speech, News Reading, Theatre, MC, Disc Jockey, Poetry, Host, Broadcasting, Story Telling).

BESTSCORE Magazine (Majalah bahasa Inggris yang pertama di Mojokerto).

Inauguration Nite & Inscada Party Nite (Pemilihan Mr. & Miss INSCADA).

Eskul Basket, Badminton, Futsal, Bola Voly, Silat, Karate, Musik, Dance, SKI, Kajian Dakwah, Pecinta Alam, Pramuka, PMR, Jurnalistik.


FASILITAS
Ruang belajar Multimedia (komputer, TV, Audio, DVD, internet, permanent In-Focus).
Lab Bahasa, Fisika, Kimia, Biologi, dan Lab. Komputer, Ruang TRRC/MGMP, Aula sekolah terbesar di Mojokerto.
Lingkungan sekolah yang luas, bersih, asri dan nyaman.
Masjid, UKS (Dokter tetap), Layanan Konseling, Kantin sehat, Kopsis, Fotokopi, Lapangan olah raga, Sanggar Seni, Ruang Ketrampilan, Studio Musik, Radio Sekolah, Perpustakaan On Line, Jaringan WI-FI.

COMMITMENT
“Keep Clean & Stay Green”
International School
of SMAN 2 Mojokerto
I N S C A D A
Intelect, Natural, Smart, Creative, Active, Demonstrative, Achievement
Jl. Raya Ijen 9 Telp. 032-321505 Fax 0321-331116
E-mail: sman2_mojokerto@yahoo.co.id
Website: http://www.sma2mjk.sch.id

Rabu, 22 Juli 2009

Sejarah Pembentukan Muka Bumi


Seperti yang telah di ungkapkan pada kegiatan belajar 6, menurut teori Nebula bahwa bumi kita terbentuk bersamaan dengan terbentuknya satu system tata surya. Bumi pada awalnya adalah berupa gas panas kemudian berubah menjadi cairan dan pada akhirnya menjadi lebih dingin sehingga kerak bumi menjadi padat mengeras.

Jika dipandang dari angkasa, bumi bercahaya seperti batu menyala-nyala dalam tata surya. Sejak zaman phytagoras (500 SM), bentuk bumi dikenal bulat. Cladius Ptolemy mengumpulkan daftar pengamatan intensif yang menunjukkan bahwa bumi berbentuk bola. Christoper Columbus (1451-1506) mengetahui bahwa bumi adalah bulat dan ia berpikir dapat menemukan jalan pintas (shortcut) ke Hindia (Indies) dengan berlayar ke barat. Akan tetapi, dengan memakai nilai-nilai Ptolemy, Columbus mendapatkan pelayarannya lebih jauh daripada yang diperkirakannya.

Bumi tidak benar – benar bulat, karena ia berotasi mengelilingi sumbunya. Bumi berbentuk dempak (spheroid), yaitu berbentuk sebuah bola namun sedikit rata pada kutubnya, sehingga jari – jari polar (jarak dari pusat bumi ke kutub) lebih pendek dari jari – jari ekuatornya. Rujukan internasional tenteng dimensi bumi diadopsi oleh IUGG (International Union of Geodery and Geophysic) mempunyai pendekatan sebagai berikut.

Jari-jari polar = 6,357 km = 3,951 mil

Jari-jari ekuator = 6,378 km = 3,964 mil

Jari-jari rata-rata = 6,371 km = 3,960 mil

Luas permukaan bumi dengan mudah dapat dihitung dari radiusnya. Yaitu 510 juta km2 .Massa bumi dapat ditentukan dari gaya gravitasi yang dilakukan dan diperoleh 5,98 x 1027 gram.




A. SEJARAH TERBENTUKNYA BUMI

Bumi yang terbentuk berupa materi padat tanpa air an dikelilingi awan gas. Radiasi berbagai material dan meningkatnya tekanan di dalam bumi secara bertahap menghasilkan panas yang sanggup mencairkan bagian dalam bumi. Berbagai material berat seperti besi menjadi tenggelam sedangkan material ringan seperti silika (batuan yang terdiri dari silikon dan oksigen) muncul ke permukaan bumi dan membentuk lapisan keras kulit bumi yang pertama.

Panasnya perut bumi juga menyebabkan zat-zat kimia di dalam bumi muncul ke permukaan. Beberpa zat kimia membentuk air dan ada juga yang menjadi gas-gas yang membentuk atmosfer. Selama lebih dari jutaan tahun secara perlahan-lahan air berkumpul di tempat-tempat yang rendah dan membentuk lautan. Daratan berkembang di bumi, air hujan, dan sungai melarutkan garam dan berbagai subtansi dalam batuan yang selanjutnya dibawa menuju lautan, sehingga membuat air laut menjadi asin.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN MUKA BUMI

1. Teori Apung Benua (Continental Drift)

Pada awal tahun 1912-an, Alfred.L.Wegener seorang ahli klimatologi dan geofisika menerbitkan buku yang berjudul ”The Origin of Continentand Oceans” dalam buku tersebut ia mengajukan sebuah ide tentang ”teori apung benua”. Idenya berpusat pada benua-benua yang bergerak melintasi permukaan bumi. Menurut wagener, benua terdiri atas batuan sial yang terapung pada batuan sima yang lebih besar berat jenisnya. Benua-benua itu bergerak menuju katulistiwa. Dan kebagian barat. Pada zaman karbon, kemungkinan besar hanya ada satu benua yaitu pangaea. Lebih kurang 200 Juta tahun yang lalu, terbentuk daratan gondwana dan lauratia yang merupakan pecahan dari pangaea, dan seterusnya. Bersama teman-temannya, ia merngumpulkan bukti atas teorinya, diantaranya adalah adanya kesesuaian antara amerika selatan dan afrika, baik dari segi paleoklimatik, fosil, maupun struktur batuan yang kesemuanya menunjukkan bahwa kedua benua tersebut pernah menjadi satu.

Menurut para ahli, teori inilah yang mendasari pembentukan lempeng-lempeng bumi, yang masih terus bergerak dan memicu gempa di berbagai wilayah. Termasuk gempa-gempa yang terjadi di indonesia.

2. Teori Tektonik Lempeng.

Beberapa tahun setelah Wegener mengajukan teorinya, pada tahun 1968 dikemukakan sebuah teori yang lebih memuaskan daripada teori pengapungan kontinen. Teori ini kemudian di namakan teori tektonik lempeng. Teori ini menyatakan bahwa bagian dari bumi yaitu pada bagian litosfer, terdapat sekitar 20 segmen yang padat yaitu lempeng. Dari semua itu, lempeng terbesar adalah lempeng pasifik yang menempati sebagian besar lautan. Semua lempengan besar lainnya dapat berupa kerak-kerak benua mupun kerak samudra. Sedangkan lempeng-lempeng yang lebih kecil, umumnya hanya sebagai kerak samudera. Contohnya, lempeng nazcak di lepas pantai barat amerika selatan.

Litosfer terletak diatas zona atau material yang lebih lemah dan lebih panas atau di sebut astenosfer. Salah satu prinsip utama dari teori tektonik lempeng bahwa setiap lempeng bergerak-gerak sebagai satu unit terhadap unit lain. Ada 3 type batas-batas lempeng yang masing-masing di bedakan darijenis pergerakannya, yaitu :

a. Divergen. Lempeng-lempeng bergerak saling menjauh yang menyebabkan naiknya material dari mantel bumi dan membentuk lantai samudra yang luas.

b. Konvergen. Lempeng-lempeng bergerak saling mendekati yang menyebabkan salah satu dari lempeng tersebut masuk ke dalam mantel bumi dan berada di bawah lempeng lainnya.

c. Patahan Transform. Lempeng-lempeng bergerak saling bergesekan tanpa menyebabkan penghancuran pada litosfer.

Bumi memiliki beberapa lapisan atau bagian. Lapisan fisis pertama yang paling dalam adalah mesosfer. Lapisan ini cukup tebal, pejal, dan berada di kedalaman lebih dari 500 km. Lapisan inilah yang mengurung inti bumi (inner core) dan selubungnya (outer core), inner core berbentuk seperti bola padat, kira-kira terpusat pada kedalaman 5.150 km. Sementara di atasnya (diapit mesosfer) terletak outer core yang cair.

Di atas mesosfer terdapat lapisan astenosfer. Yaitu lapisan yang terletak pada kedalaman 100-300 km. Lapisan ini lebih cair dan bersifat seperti fluida. Lapisan ini terus bergerak sepanjang waktu akibat tekanan dari lapisan yang mengapitnya. Lapisan ini merupakan asal dari magma gunung api.

Bagan lapisan bumi

§ Menurut komposisi fisik, terdiri dari: inner core (padat), outer core (cair), mesosfer (padat), astenosfer (fluida), dan litosfer (keras).

§ Menurut komposisi kimia, terdiri dari: core (besi), mantel (silikat), dan kerak (silikat).

Di atas astenosfer selanjutnya ada litosfer, lapisan fisis terluar bumi yang memiliki ketebalan sekitar 100 km. Di lapisan ini terhampar kerak bumi yang keras, relatif dingin, dan mampu menahan beban. Di lapisan terluar inilah terletak lempeng-lempeng bumi, yang di atasnya terhampar benua, pulau, gunung, dan lain sebagainya. Kerak lautan (oceanic crust) memiliki sekitar 6 km, sementara kerak benua (continental crust) dengan pegunungan yang mencapai ketebalan hingga 64 km.

Permukaan bumi diperkirakan tersusun dari 20 lempeng (ada juga yang menyebut 15) yang terbagi atas lempeng besar dan lempeng kecil, dengan ketebalan antara 70 – 100 km. Lempeng-lempeng ini senantiasa masih berkembang, luruh ,dan bergerak karena berada diatas lapisan astenosfer yang cair dan amat panas.

Tujuh diantara lempeng-lempeng di permukaan bumi dikategorikan sebagai lempeng besar / utama atau lempeng yang digolongkan sebagai lempeng utama penyusun litosfer, yaitu :

1. Lempeng Afrika .

2. Lempeng Amerika Utara.

3. Lempeng Amerika Serikat.

4. Lempeng Pasifik.

5. Lempeng Aurasia.

6. Lempeng Indo-Australia.

7. Lempeng Antartika.

Lempeng-lempeng yang berukuran lebih kecil antara lain Lempeng Filipina, Lempeng Adriatik, Lempeng Iran, dan Lempeng Hellenik.

C. PERGERAKAN BUMI

Bumi bergerak mengitari matahari dalam waktu 365 hari, 6 jam, 9 menit, dan 10 detik, serta menempuh jarak sejauh 958 juta km. Waktu yang diperlukan oleh bumi untuk sekali mengitari matahari ini disebut satu tahun bumi. Dalam mengorbit matahari, bumi bergerak dengan kelajuan rata-rata 107,2 km / jam. Di samping bergerak mengitari matahari, bumi juga berputar pada porosnya. Waktu yang di perlukan untuk berputar satu kali pada porosnya sama dengan 23 jam, 56 menit, dan 4 detik, yang disebut sebagai satu hari bumi.

1. Rotasi Bumi

Rotasi bumi adalah perputaran bumi pada sumbunya. Untuk menyelesaikan satu putaran penuh, bumi memerlukan waktu 24 jam. Jadi tiap jam sebuah titik di bumi bergeser sejauh 15°. Arah rotasi dari barat ke timur atau berotasi dengan arah negatif. Akibat rotasi itulah, benda-benda langit melakukan peredaran semu harian dari timur ke barat.

Akibat rotasi bumi :

  1. Peredaran semu harian dari benda-benda langit.
  2. Peristiwa siang dan malam serta perbedaan waktu.
  3. Pembelokan arah angin pasat.
  4. Pembelokan arah arah arus laut.
  5. Perbedaan percepatan gravitasi di permukaan bumi.

2. Revolusi Bumi

Bumi beredar mengitari matahari pada suatu bidang orbit yang disebut ekliptika. Orbitnya hampir seperti lingkaran (360°) dengan periode 365 hari, 6 jam, 9 menit, dan 10 detik. Hal tersebut dinamakan satu tahun siderik, yaitu periode yang dihitung saat bumi bergerak mulai dari titik yang lurus dengan sebuah bintang dan berakhir tepat pada titik itu lagi. Orbit planet-planet lain tidak sebidang orbit planet lain itusu dinamakan sudut inklinasi.

Arah revolusi bumi adalah negatif atau arah timur, artinya arah peredarannya berlawanan dengan arah perputaran jarum jam. Sumbu bumi miring 66,5° terhadap bidang eklptika.

Akibat Revolusi Bumi :

  1. Gerak semu matahari tahunan.
  2. Perubahan lamanya waktu siang dan malam.
  3. Pergantian musim.
  4. Perubahan paralaks suatu bintang.
  5. Gerak semu bintang tetap di bola langit.

Geografi dalam Konsep














Konsep merupakan pola dalam bentuk pengertian abstraksi. Pola abstrak itu sendiri, terdapat dalam gejala geografi, yang akan kita pelajari. Selain itu, selain pola abstrak yang terdapat dalam gejala geografi, juga terdapat pula gejala nyata.
Gejala geografi itu sendiri, gelaja geografi yang ada disekitar kita merupakan hasil keselurahan interrelasi keruangan antara faktor fisik dan non-fisisk.
Di dalam mempelajari konsep georgrafi terdapat istilah Konsep Esensial Geografi. Konsep Esensial tersebut ada 10 macam konsep.
10 Macam Konsep Esensial Geografi tersebut, yaitu sebagai berikut dan akan diubahas secara satu persatu.


1.Konsep Lokasi
Konsep Lokasi dalam geografi, menganalisis aspek positif dan aspek negatif suatu tempat yang ada di permukaan bumi.
Konsep lokasi biasanya digunakan untuk menjawab pertanyaan “Where” (dimana) lokasi suatu tempat.

Konsep lokasi dalam geografi dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :
1)Lokasi Absolut, yaitu lokasi suatu wilayah yang didasarkan pada garis lintang dan garis bujur.
Contoh : Secara Astronomis lokasi negara Indonesia terletak antara 60 LU – 110 LS dan 950 BT – 1410 BT.
2)Lokasi Relatif, yaitu suatu lokasi wilayah di permukaan bumi yang sifatnya dapat berubah-ubah, karena dipengaruhi oleh daerah-daerah yang ada di sekitarnya.
Contoh : Tanah yang ada di lokasi daerah perkotaan biasanya mempunyai harga lebih mahal, daripada di desa.


2.Konsep Jarak
Jarak merupakan pembatas yang mempunyai sifat alamiah
Jarak mempunyai kaitan dengan lokasi dan upaya dalam pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan manusia.

Contoh :
1)Tanah yang jaraknya jauh dari jalan raya, harganya lebih murah.
2)Jarak tempuh untuk menyangkut bahan baku ke pabrik, mempengaruhi besar biaya angkut.
3)Rumah yang jaraknya dekat dengan pusat kota, harganya lebih mahal, dan seterusnya.


3.Konsep Keterjangkauan
Keterjangkauan mempunyai kaitaan dengan kondisi yang ada di permukaan bumi ini. Misalnya, suatu daerah tradisonal karena kondisi permukaan buminya menyebabkan suatu daerah tersebut sulit untuk dijangkau.
Keterjangkauan pada umumnya, tergantung pada kondisi permukaan buminya suatu daerah tersebut.
Dan pada umumnya pula, keterjangkauan tersebut akan berubah perlahan sejalan dengan berkembangnya perkembangan ilmu-ilmu, seperti Ilmu Ekonomi, Ilmu Komunikasi, Teknologi (IPTEK), dan Transportasi.

Contoh :
1)Desa yang dikelilingi rawa-rawa dan hutan-hutan, biasanya sulit untuk dijangkau daripada desa yang terletak di tepian pantai-pantai.
2)Suatu penduduk yang tinggal hidup di dalam hutan-hutan belantara yang besar, akan sulit untuk dijangkau.
3)Kota-kota yang berada pada dataran tanah (bumi) yang strategis akan mudah sekali untuk dijangkau.


4.Konsep Pola
Pola mempunyai kaitan dengan ketergantungan pada bentuk-bentuk fenomena geografi yang telah ada di bumi (permukaan bumi).
Di dalam mempelajari ilmu Geografi, terdapat mempelejari pola-pola bentuk dan pola-pola persebaran fenomena geografi.
Contohnya :
1)Pola persebaran pemukiman di daerah pegunungan telah didominasi oleh pola yang menyebar (memencar).
2)Pola sungai-sungai yang ada pada daerah lipatan-lipatan pada umumnya berpola trellis.
3)Pola persebaran penduduk di daerah perkotaan di dominasi oleh pola mengumpul (menyatu).


5.Konsep Morfologi
Konsep morfologi mempunyai kaitan dengan bantuk muka (permukaan) bumi, sebagai hasil dari adanya tenaga-tenaga endogen dan eksogen.

Contohnya :
1)Dataran rendah sepanjang pantai utara Jawa telah didominasi oleh perkebunan-perkebunan tebu.
2)Dataran tinggi di daerah puncak Bogor, lahannya banyak telah dimanfaatkan untuk perkebunan teh.
3)Dataran sedang di provinsi-provinsi Jawa, banyak digunakan sebagai kota-kota besar.


6.Konsep Anglomerasi
Anglomerasi merupakan kecenderungan persebaran yang mempunyai sifat mengelompok pada suatu wilayah tertentu, yang relatif sempit, tetapi juga yang paling menguntungkan.

Contoh :
1)Di pulau Kalimantan, penduduknya umumnya mengelompok-ngelompok sepanjang aliran sungai.
2)Di pulau Irian Jaya, penduduknya umumnya mengelompok-ngelompok di daerah perhutanan.
3)Di pulau Jawa, penduduknya umumnya mengelompok-ngelompok di daerah pusat-pusat kota (perkotaan)

7.Konsep Nilai Kegunaan
Nilai Kegunaan merupakan fenomena geografi atau sumber daya yang ada di permukaan bumi ini yang mempunyai sifat relatif antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lainnya.

Contoh :
1)Hutan memiliki nilai kegunaan bagi pecinta alam, dibandingkan pelajar.
2)Laut memiliki nilai kegunaan bagi para nelayan, dibandingkan dengan petani.
3)Pegunungan memiliki nilai kegunaan bagi para petani, dibandingkan nelayan.


8.Konsep Interaksi
Interaksi merupakan hubungan timbal balik antara dua wilayah atau lebih yang dapat menimbulkan gejala-gejala, kenapakan, dan permasalahan baru.
Dalam Konsep Interaksi ini, gejala-gejala yang satu dengan gejala-gejala yang lainnya, saling tergantung satu sama lain.

Contoh :Interaksi kota-desa terjadi, karena adanya perbedaan potensi alam. Misalnya, desa menghasilkan bahan baku, sedangkan kota menghasilkan barang industri. Karena kedua wilayah saling membutuhkan, maka terjadilah interaksi.


9.Konsep Diferensiasi Area Diferensiasi Area berkaitan dengan perbedaan corak antar wilayah di permukaan bumi.
Konsep Diferensiasi Area ini, digunakan untuk mempelajari perbedaan gejala geografi antara wilayah yang satu dengan yang lain di permukaan bumi.

Contoh :Jenis tanaman yang di budidayakan, antara dataran tinggi akan berbeda dengan jenis tanaman di dataran rendah. Contoh yang rinci, terdapat pada klasifikasi iklim Junghuhn, yaitu :
a)Zona dengan ketinggian 0 – 700 m, jenis tanaman yang dibudidayakan yaitu tebu, kelapa, jagung, dan padi.
b)Zona ketinggian 700 –1.500 m, jenis tanaman yang dibudidayakan yaitu, teh, kopi, ckolat, tembakau, dan kina.
c)Zona dengan ketinggian 1.500 – 2.500 m, jenis tanaman yang dibudidayakan, yaitu pinus, dan cemara.
d)Zona dengan ketinggian lebih dari 2.500 m, jenis tanaman didominasi oleh lumut.

Selain itu, Konsep Diferensiasi Area dapat juga digunakan untuk melihat jenis mata pencaharian penduduk, misalnya penduduk yang tinggal di daerah pantai dominan bermata pencaharian nelayan, berbeda dengan penduduk yang tinggal di dataran rendah cenderang bermata pencaharian sebagai petani.

10.Konsep Keterkaitan Ruang Keterkaitan ruang menunjukkan derajat keterkaitan persebaran antara fenomena yang satu dengan yang lain, baik yang menyangkut fenomena fisik maupun non-fisik.

Contoh : Wilayah pedesaan dengan perkotaan. Misalnya, penduduk kota memerlukan bahan pangan dari desa, sebaliknya penduduk desa perlu memasarkan hasil alamnya ke kota.